BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kandidiasis (moniliasis) adalah
suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis
oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang paling
sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai
pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan
peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi
dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian,
bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah
satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi putih yang
disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan jenis
jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan
oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang
kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam
famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans,
C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C.
guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan
jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan
penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada
rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak
sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang
yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut
yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.
Penyakit ini kemudian diteliti lagi
oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada moniliasis/candidiasis/sariawan pada
bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan jamur
itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi
tersebut dengan infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat
kandungan ibunya. Berg (1840) berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih
dan tangan perawat yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam
penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna
putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian
berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara
lain Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923)
menamakan jamur itu dalam genus candida.
B. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep penyakit moniliasis/kandidiasis
serta pendekatan asuhan keperawatannya.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari
moniliasis/kandidiasis
b. Mengetahui klasifikasi
moniliasis/kandidiasis
c. Mengetahui etiologi dari
moniliasis/kandidiasis
d. Mengetahui manifestasi klinis
moniliasis/kandidiasis
e. Mengetahui patofisiologi
moniliasis/kandidiasis
f.
Mengetahui
pemeriksaan penunjang pada klien dengan moniliasis/kandidiasis
g. Mengetahui penatalaksanaan serta
pencegahan pada moniliasis/kandidiasis
h. Mengetahui komplikasi yang dapat
terjadi pada klien dengan moniliasis/kandidiasis
i.
Mengetahui
asuhan keperawatan pada klien dengan moniliasis/kandidiasis
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Kandidiasis adalah suatu infeksi
jamur yang disebabkan oleh candida. Candida merupakan mikroflora normal pada
rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari populasi (Silverman S,
2001). Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya
C. albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada
penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika
berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005). Walaupun demikian
jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau pada
orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh
sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita
AIDS. (Farlane .M, 2002).
Pada rongga mulut kandida albikans
merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat
ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus (Silverman
S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa
terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal,
atau labial dan rasa kering atau serostomia (Greenberg M. S., 2003). Pada
umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti
jamur baik secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau
penyakit-penyakit yang menyertainya. (Silverman S, 2001).
Kandidiasis oral atau mulut (juga
dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi jamur ragi dari genus Candida pada
membran berlendir mulut. Infeksi oportunistik yang umum dari rongga mulut yang
disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang berlebihan. Sariawan pada mulut bayi
disebut kandidiasis, sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang
dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis. Kandidiasis yang sering disebut
juga candidosis, trush, dan moniliasis merupakan suatu keadaan patologis yang
hanya menginfeksi jaringan kulit dan mukosa. Infeksi Candida yang berat
tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang yang imunnya
lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.
Oral trush adalah adanya bercak
putih pada lidah, langit – langit dan pipi bagian dalam (Wong : 1995). Bercak
tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila dipaksa untuk diambil maka akan
mengakibatkan perdarahan. Oral Trush ini sering disebut juga denagn oral
candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi. Seiring dengan
bertambahnya usia, angka kejadian makin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan
pengobatan antibiotik atau imunosupresif. (Nelson, 1994: 638).
Oral Trush ini kadang sulit
dibedakan dengan sisa susu, terutama pada bayi yang mendapatkan susu formula
(Pengganti air Susu Ibu – PASI). Sisa susu yang berupa lapisan endapan putih tebal
pada lidah bayi ini dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang dibasahi dengan
air hangat. Oral trush ini juga harus dengan stomatitis. Stomatitis merupakan
inflamasi dan ulserasi pada membran mukosa mulut. Anak yang mengalami
stomatitius biasanya tidak mau makan atau minum. (M. Scharin, 1994: 448).
Kandidiasis oral ini memang sering
terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, seiring dengan bertambah
dewasanya bayi tersebut, penyakit ini akan makin jarang terjadi. Penyakit ini
juga bukan penyakit yang serius dan beberapa sumber mengatakan bahwa penyakit
ini dapat sembuh sendiri (walaupun tentu saja lebih baik diobati).
B. Klasifikasi
1. Trush
Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih
kekuning-kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan
cara dikerok dan akan meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat
terjadi pendarahan. Plak tersebut berisi netrofil, dan sel-sel inflamasi sel
epitel yang mati dan koloni atau hifa, (Greenberg M. S., 2003).
Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada
keadaan dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih dalam sampai ke lapisan
basal (Mc Farlane 2002). Penyakit rongga mulut ini ditandai dengan lesi-lesi
yang bervariasi yaitu, lunak, gumpalan berupa bongkahan putih, difus, seperti
beludru yang dapat dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan merah,
kasar, dan berdarah, dapat berupa bercak putih dengan putih merah terutama pada
bagian dalam pipi, pallatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini biasanya
mempunyai keluhan terasa terbakar atau kadang-kadang sakit didaerah yang
terkena.
2. Kronis hiperplastik kandidiasis
Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral
lidah dan bibir, berupa bintik-bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan
beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat
atau keganasan. Kandidiasis tipe ini disebut juga kandidiasis leukoplakia,
lesinya berupa plak putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan
leukoplakia tipe homogen. (Greenberg.2003). Karena plak tersebut tidak dapat
dikerok, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan biopsi. Keadaan ini terjadi
diduga akibat invasi miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga
mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai respon jaringan inang. (Greenberg
M 2003). Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.
3. Kronis atrofik kandidiasis
Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi
tiruan”. Mukosa palatum maupun mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan
menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai bentuk dari infeksi Kandida.
Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada
wanita tua yang sering memakai gigi tiruan pada waktu tidur. Secara klinis
kronis atrofik kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :
a. Inflamasi ringan yang terlokalisir
disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema difus, terlihat pada palatum
yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau seluruh permukaan
palatum tersebut (15%-65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga tipe
granular (Greenberg, 2003).
b. Akut atrofik kandidiasis atau
disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis permukaan mukosa terlihat
merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa kecap
berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama pengobatan
atau sesudahnya kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada penderita
anemia defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).
c. Angular cheilitis, disebut juga
perleche, terjadinya di duga berhubungan dengan denture stomatits. Selain itu
faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang, seperti
defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan mempermudah
terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena
terjadi inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat
pecah-pecah atau berfissure. (Nolte, 1982. Greenberg, 2003)
C. Etiologi
Penyebab tersering
Candidiasis adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang lainnya
adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae. Genus Candida adalah grup heterogen yang
terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar dari spesies candida tersebut
patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari spesies tersebut
tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik
yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga
merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.
Jamur jenis ini adalah jamur yang sangat umum terdapat di
sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang
kuat. Candida ini baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai
daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan
kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna.
Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di
sekitar kita, bahkan di dalam vagina ibu pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa
saja mendapatkan jamur ini dari alat-alat seperti dot dan kampong, atau bisa
juga mendapatkan Candida dari vagina ibu ketika persalinan. Selain itu,
kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi yang tidak
bersih karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan
menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat. Faktor-faktor yang merupakan
presdiposisi infeksi antara lain :
1.
HIV/AIDS
Virus human immunodeficiency (HIV)
merupakan virus penyebab AIDS, yang dapat menimbulkan kerusakan atau
menghancurkan sel-sel sistem kekebalan tubuh. Sehingga membuat tubuh lebih
rentan terhadap infeksi oportunistik yang biasanya tubuh akan menolak. Serangan
berulang dari oral trush mungkin merupakan tanda pertama dari infeksi HIV.
2.
Kanker
Jika seseorang menderita kanker, sistem
kekebalan tubuhnya mungkin akan melemah oleh karena penyakit kanker tersebut
dan karena perawatan penyakit, seperti kemoterapi dan radiasi. Penyakit kanker
dan perawatan penyakit ini dapat meningkatkan risiko infeksi Candida seperti
oral thrush.
3.
Diabetes
Mellitus
Jika seseorang menderita diabetes
yang tidak diobati atau diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, air liur
(saliva) mungkin akan mengandung sejumlah besar gula, sehingga dapat mendorong
pertumbuhan candida.
4.
Infeksi
jamur vagina
Infeksi jamur vagina yang disebabkan
oleh jamur yang sama dapat menyebabkan candidiasis mulut. Meskipun infeksi
jamur tidak berbahaya, jika seseorang sedang hamil maka jamur dapat menular
pada bayi selama persalinan. Akibatnya, bayi tersebut juga dapat mengalami oral
thrush.
5.
Pemakaian
kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ. Kedua hal
ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur. Kortikosteroid
(sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan pada paru-paru
(misalnya asma) bisa berdampak pada kandidiasis mulut.
6.
Pemakaian
antibiotic
Kadang orang yang mengkonsumsi
antibiotik menderita infeksi Candida karena antibiotik membunuh bakteri yang
dalam keadaan normal terdapat di dalam jaringan, sehingga pertumbuhan Candida
tidak terkendali.
7.
Leukimia
8.
Gangguan
saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan
malnutrisi.
D. Patofisiologis
Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida
albicans, atau kadang oleh candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur
candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit
sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme
pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada
keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan
infeksi jamur rongga mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit yang
disebabkan jamur candida albicans ini yang pertumbuhannya dipelihara dibawah
pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya pertumbuhan
candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan
penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang menyerang
sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena
gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan
dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan
tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan
normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol
dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut
candidiasis oral atau moniliasis.
E. Patologis
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan
oleh interaksi yang komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan
pejamu.
Faktor penentu patogenitas kandida adalah :
1.
Spesies
Genus kandida mempunyai 200 spesies,
15 spesies dilaporkan dapat menyebabkan proses pathogen pada
manusia. C. albicans adalah kandida yang paling
tinggi patogenitasnya.
2.
Daya
lekat
Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat
daripada germtube, sedang germtube melekat lebih kuat
daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk melekat adalah suatu glikoprotein
permukaan atau mannoprotein. Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu
lingkungan.
3.
Dimorfisme
C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh dalam
kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme terlibat dalam
patogenitas kandida. Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi
pada jaringan dengan mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbentuk
hifa yang melakukan invasi.
4.
Toksin
Toksin
glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik. Glikoprotein khususnya
mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam kolonisasi jamur. Kanditoksin
sebagai protein intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak
secara mekanik.
5.
Enzim
Enzim
diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh C.
albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.
Mekanisme pertahanan pejamu :
1.
Sawar mekanik : Kulit normal sebagai
sawar mekanik terhadap invasi kandida. Kerusakan mekanik pertahanan kulit
normal merupakan faktor predisposisi terjadinya kandidiasis.
2.
Substansi antimikrobial non spesifik :
Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam mamalia mengandung substansi yang
bekerja secara non spesifik menghambat atau membunuh mikroba.
3.
Fagositosis dan intracellular
killing : Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk memakan dan
membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang sangat penting untuk
menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida
yang siap difagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya,
susah difagosit. Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium kandida.
Makrofag berperan dalam melawan kandida melalui pembunuhan intraseluler melalui
system mieloperoksidase (MPO).
4.
Respon imun spesifik : imunitas seluler
memegang peranan dalam pertahanan melawan infeksi kandida. Terbukti dengan
ditemukannya defek spesifik imunitas seluler pada penderita kandidiasi
mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita dengan infeksi HIV.
Sistem imunitas humoral kurang berperan, bahkan terdapat fakta yang
memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi dapat menghambat
fagositosis.
Mekanisme imun seluler dan humoral :
1.
Tahap pertama timbulnya kandidiasis
kulit adalah menempelnya kandida pada sel epitel disebabkan adanya
interaksi antara glikoprotein permukaan kandida dengan sel epitel. Kemudian
kandida mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase), yang menghidrolisis
fosfolipid membran sel epitel. Bentuk pseudohifa kandida juga mempermudah
invasi jamur ke jaringan. Dalam jaringan kandida mengeluarkan faktor kemotaktik
neutrofil yang akan menimbulkan reaksi radang akut.
2.
Lapisan luar kandida mengandung
mannoprotein yang bersifat antigenik sehingga akan mengaktifasi komplemen dan
merangsang terbentuknya imunoglobulin. Imunoglobulin ini akan membentuk
kompleks antigen-antibodi di permukaan sel kandida, yang dapat melindungi
kandida dari fungsi imunitas tuan rumah. Selain itu kandida juga akan
mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan fagosit lain.
Mekanisme non imun :
1. Interaksi
antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan mengakibatkan persaingan
dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa. Menempelnya mikroorganisme dalam
jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi.
2. Secara umum diketahui bahwa
interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen
spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan
manoprotein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang
mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding
sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif.
Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia
sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada
tubuh pejamu.
Faktor
predisposisi terjadinya infeksi ini meliputi faktor endogen maupun eksogen,
antara lain :
1.
Faktor
endogen :
a. Perubahan
fisiologik
1) Kehamilan,
karena perubahan pH dalam vagina
2) Kegemukan,
karena banyak keringat
3) Debilitas
4) Iatrogenik
5) Endokrinopati, gangguan
gula darah kulit
6) Penyakit kronik
: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
b. Umur : orang
tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status imunologiknya tidak
sempurna.
c. Imunologik :
penyakit genetik.
2. Faktor eksogen
:
A. Iklim,
panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
B. Kebersihan
kulit
C. Kebiasaan
berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan
masuknya jamur.
D. Kontak dengan
penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.
Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan
pertumbuhan Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan
tubuh manusia karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh.
Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut
merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi
ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam
jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim
hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase.
Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam
mulut, feses, kulit dan di bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat
membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk
jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu
sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang
menyebabkan kelainan dalam jaringan. Penyelidikan lebih lanjut membuktikan
bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan dengan ditemukannya Candida albicans
dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam jaringan. Terjadinya kedua bentuk
tersebut dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada
suatu percobaan di luar tubuh. Pada keadaan yang menghambat pembentukan tunas
dengan bebas, tetapi yang masih memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa.
Rippon (1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora
diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan. Sesudah terjadi lesi,
dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan proses tersebut terjadilah reaksi
radang. Pada kandidosis akut biasanya hanya terdapat blastospora, sedang pada
yang menahun didapatkan miselium. Kandidosis di permukaan alat dalam biasanya
hanya mengandung blastospora yang berjumlah besar, pada stadium lanjut tampak
hifa. Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik,
misalnya dahak, urin untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan yang
disebabkan oleh Candida albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau
granuloma.
Pada kandidosis sistemik, alat dalam yang terbanyak
terkena adalah ginjal, yang dapat hanya mengenai korteks atau korteks dan
medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil berwarna keputihan. Alat dalam
lainnya yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru, limpa dan kelenjar
gondok. Mata dan otak sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung berupa
proliferasi pada katup-katup atau granuloma pada dinding pembuluh darah koroner
atau miokardium. Pada saluran pencernaan tampak nekrosis atau ulkus yang
kadang-kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat pada pemeriksaan.
E. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan
sekitar mulut bayi dan sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas
tampak seperti kerak susu namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah bayi.
Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil justru lidah dan mulut bayi dapat
berdarah. Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan
lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut
dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah,
nyeri, dan terasa seperti terbakar.
Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan
dapat sembuh sendiri (walaupun lebih baik diobati). Namun bukan berarti
kandidiasis ini tidak dapat menyebabkan penyakit lain. Kandidiasis dapat
menyebabkan bayi menangis saat makan dan minum (kebanyakan disebabkan karena
nyeri), selain itu, bayi menjadi malas minum ASI sehingga berat badannya tak
kunjung bertambah. Candida pada mulut bayi juga dapat bermigrasi ke organ lain
bila ada faktor yang memperberat (misalnya pemakaian antibiotik jangka
panjang).
1.
Pada anak-anak dan dewasa
Awalnya, seseorang mungkin tidak
menyadari gejala oral trush. Tergantung pada penyebab, tanda dan gejala dapat
terjadi tiba-tiba dan bertahan untuk waktu yang lama. Gejala-gejala tersebut,
antara lain:
a.
Lesi
putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut, gusi, dan
amandel (tonsil)
b.
Lesi
menyerupai keju
c.
Nyeri
d.
Sedikit
perdarahan jika lesi digosok atau tergores
e.
Pecah-pecah
dan kemerahan pada sudut mulut (terutama pada pemakai gigi tiruan)
f.
Sensasi
seperti terdapat kapas pada mulut
g.
Kehilangan
selera makan
Pada kasus yang berat, lesi dapat
menyebar ke bawah ke kerongkongan dan esofagus (Candida esophagitis). Jika hal
ini terjadi, pasien mungkin akan mengalami kesulitan menelan atau merasa
seolah-olah makanan terjebak di tenggorokan.
2.
Pada bayi dan ibu menyusui
Selain lesi mulut khas berwarna
putih, bayi mungkin juga memiliki kesulitan makan atau rewel dan mudah marah.
Bayi dapat menularkan infeksi tersebut kepada ibu mereka selama menyusui.
Wanita yang payudaranya terinfeksi candida mungkin mengalami tanda-tanda dan
gejala, antara lain:
a.
Puting
berwarna sangat merah, sensitif, dan gatal
b.
Terdapat
serpihan kulit di daerah berwarna gelap yang melingkari puting (areola)
c.
Puting
terasa sakit saat menyusui
d.
Sakit
yang tajam jauh di dalam payudara
F.
Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu
dengan adanya pemeriksaan penunjang, antara lain :
1.
Pemeriksaan
langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan
diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel
ragi, blastospora, atau hifa semu.
2.
Pemeriksaan
biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam
dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik
(kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam
suhu kamar atau lemari suhu 370C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam,
berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan
dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.
Beberapa penunjang lain :
1.
Laboratorium
: ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa.
2.
Pemeriksaan
endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan pemberian
flukonazol.
3.
Dilakukan
pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
4.
Diagnosa
pasti dengan biopsy.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
untuk kandidiasis antara lain :
1.
Menghindari
atau menghilangkan faktor predisposisi.
2.
Topikal
Obat topical untuk kandidiasis
meliputi:
a. Larutan ungu gentian ½-1% untuk
selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
b. Nistatin:
berupa krim, salap, emulsi.
c. Amfoterisin B.
d. Grup azol antara
lain:
1) Mikonazol 2%
berupa krim atau bedak
2) Klotrimazol 1%
berupa bedak, larutan dan krim
3) Tiokonazol,
bufonazol, isokonazol
4) Siklopiroksolamin
1% larutan, krim
5) Antimikotik
yang lain yang berspektrum luas
3.
Sistemik
a. Tablet nistatin untuk menghilangkan
infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus.
b. Amfoterisin B diberikan intravena
untuk kandidosis sistemik.
c. Untuk kandidosis vaginalis dapat
diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan
ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis
tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
d. Itrakonazol bila dipakai untuk
kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3
hari.
4.
Khusus:
a. Kandidiasis intertriginosa
Pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap kering dengan
penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali sehari.
Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg
selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.
b. Diaper disease
Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan
lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan bedak
bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat. Terapi
topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau
klotrimazol.
c. Paronikia
Pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi
dapat dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio
antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol atau
terbinafin.
Grup azole
adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas. Termasuk ketokonazol,
mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol. Mekanisme kerja dari grup
azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol mengubah cairan membran sel
dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya dalam penghambatan
replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi ke bentuk hifa yang
merupakan bentuk invasive dan patogenik dari parasit.
Nistatin dan
amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi tapi hanya bekerja
sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri. Obat ini mengikat
membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan transport. Terbinafine
adalah alinamine yang merupakan fungisida jangkauan yang luas pada kulit
pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat dalam sintesis ergosterol
dari bagian dinding sel jamur.
H. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan
candidiasis oral antara lain :
1.
Oral
hygiene yang baik.
2.
Utamakan
ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak immunoglobulin yang
berguna bagi kekebalan tubuh bayi. Selain itu, payudara ibu juga jauh lebih
terjamin kebersihannya daripada botol dot bayi.
3.
Bila
menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan kebersihan botol dan
dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air panas.
4.
Beri
bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi setelah minum susu.
5.
Pastikan
bayi beristirahat yang cukup.
6.
Berikan
bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat
kesehatan dan observasi langsung memberikan infomasi mengenai persepsi klien
terhadap penyakitnya, bagaimana kelainan kulit dimulai? Apa pemicu? Apa yang meredakan
atau mengurangi gejala? Termasuk masalah fisik/emosional yang dialami klien?
Pengkajian fisik harus dilakukan secara lengkap.
Dari
pengkajian didapat data-data sebagai berikut:
Data objektif:
Ø
Lesi
di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara,
antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilicus, berupa bercak yang
berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi
oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila
pecah meninggalkan daerah yang erosive, dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.
Ø
Hasil
pemeriksaan kerokan kulit didapat candida
Data sujektif:
Ø
Riwayat
memakai popok /diaper
Ø
mengeluh
gatal-gatal
Ø
orang
tua mengeluh anaknya rewel
B.
Diagnosa
Keperawataan
1.
Kerusakan membrane mukosa oral
berhubungan dengan Immunosupresi.
2.
Nyeri Akut berhubungan dengan agen
injuri biologis.
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukan makanan oleh
karena adnya trust.
4.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan kelembapan kulit.
5.
Risiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat.
6.
Kurang pengetahuan orang tua berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi
1.
Kerusakan membrane mukosa oral
berhubungan dengan infeksi/immunosupresi/ imunokompromise
Tujuan
:
setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan
membrane mukosa dapat berkurang s/d hilang.
Kriteria
Hasil :
a.
Menunjukan membrane mukosa utuh,
berwarna merah jambu, bebasdari ulserasi dan inflamasi.
b.
Menunjukan teknik
memperbaiki/mempertahankan keutuhan mukosa oral.
Intervensi
:
a.
Kaji membran mukosa oral/lesi oral
perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit mengunyah/menelan
b.
Berikan perawatan oral setiap hari dan
setelah makan
c.
Rencanakan diet untuk menghindari garam,
pedas, gesekan dan makanan/minuman asam
d.
Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500
ml/hari
e.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat anti jamur
f.
Kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan
pemeriksaan specimen cultur lesi
2.
Nyeri Akut berhubungan dengan agen
injuri biologis
Tujuan
:
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Nyeri dapat
berkurang/hilang/terkontrol
Kriteria
Hasil :
a.
Mengatakan tidak nyeri lagi
b.
Ekspresi wajah tampak relax
c.
Skala nyeri 0-1
Intervensi
:
a.
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas(Skala 1-10), frekwensi dan waktu
b.
Berikan perawatan oral setiap hari
c.
Berikan aktifitas hiburan misalnya:
menonton TV, Menggambar/mewarnai
d.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat analgetik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam memasukan makanan oleh
karena adnya trust
Tujuan
:
setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi klien dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria
Hasil :
a.
Menunjukan pemasukan nutrisi secara
adekuat
b.
Mempertahankan berat badan
Intervensi
:
a.
Kaji kemampuan untuk mengunyah,menelan
b.
Timbang BB sesuai kebutuhan
c.
Berikan perawatan mulut setiap hari,
hindari obat kumur yang mengandung alcohol
d.
Rencanakan diet dengan klien atau orang
terdekat, sediakan makanan yang sedikit tapi sering berupa makanan padat
nutrisi yang tidak bersifat asam dan juga minuman yang disukai pasien.
e.
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet
klien
4. Kerusakan
Integritas Kulit berhubungan dengan Kelembapan kulit
Tujuan
:
setelah dilakukan Asuhankeperawatan selama 1x24 jam diharapkan integritas kulit
kembali normal.
Kriteria
Hasil :
a.
Menunjukan tingkah laku/teknik untuk
mencegah kerusakan kulit
b.
Menunjukan kemajuan pada luka/
penyembuhan lesi
Intervensi
:
a.
Kaji kulit setiap hari,catat warna,
turgor, sirkulasi, sensasi, gambaran lesi dan amati perubahan
b.
Bantu atau instruksikan dalam kebersihan
kulit misalnya membasuh dan mengeringkan dengan hati-hati dan melakukan masase
dengan menggunakan lotion atau krim
c.
Bersihkan area perianal dengan
membersihkan menggunakan air dan air mineral, hindari penggunaan kertas toilet
jika timbul vesikel
d.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat-obatan topical / sistemik sesuai indikasi
e.
Kolaborasi untuk pemeriksaan kultur dari
lesi kulit terbuka
5. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan
primer tidak adekuat
Tujuan :
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan infeksi tidak
terjadi
Kriteria
Hasil :
a.
Mencapai masa penyembuhan luka atau lesi
b.
Mengidentifikasi/ikut serta dalam
prilaku yang mengurangi resio infeksi
Intervensi
:
a.
Cuci tangan sebelum dan sesudah
dilakukan perawatan dan instruksikan pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan
sesuai indikasi
b.
Berikan lingkungan yang bersih dan
berventilasi baik
c.
Pantau tanda-tanda vital
d.
Periksa kulit dan membrane mukosa oral
terhadap bercak putih atau lesi
e.
Kolaborasi untuk pemeriksaan kultur/
sensitivitas lesi
f.
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
anti jamur
6. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan
:
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 2x30 menit diharapkan kurangnya pengetahuan klien/orang
tua dapat teratasi.
Kriteria
Hasil :
a.
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan
pengobatan.
b.
Memulai perubahan gaya hidup yang perlu
dan ikut serta dalam aturan perawatan.
c.
Melakukan prosedur yang perlu dengan
benar menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi
:
a.
Kaji ulang proses penyakit apa yang
menjadiharapandimasa depan
b.
Tentukan tingkat ketergantungan dan
kondisi fisik,catat tingkat perawatan dan dukungan yang tersedia dari
keluarga/orang terdekat dan kebutuhan akan pemberi perawatan lainnya
c.
Tekankan perlunya kebutuhan perawatan
kulit harian, termasuk memeriksa lipatan kulit dan menyediakan pembersih serta
tindakan perlindungan adekuat misalnya salep
d.
Tinjau ulang kebutuhan akan diet
(protein dan kalori tinggi)
e.
Diskusikan aturan obat-obatan,
interaksidan efek samping
f.
Tekankan perlunya melanjutkan perawatan
kesehatan dan evaluasi
g.
Identifikasi sanda dan gejala yang
membutuhkan evaluasi medis misalnya lesi pada kulit
h.
Identifikasi sumber-sumber komunitas
misalnya rumah sakit/pusat perawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kandidiasis adalah
infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans.
Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan
khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan
hilangnya penghalang (Stedman, 2005). Kandidiasis meliputi infeksi yang
berkisar dari yang ringan seperti sariawan mulut dan vaginitis, sampai yang
berpotensi mengancam kehidupan manusia. Infeksi Candida yang berat tersebut
dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang yang imunnya lemah,
seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.
Moniliasis atau
kandidiasis sering disebabkan oleh 3 hal yaitu: jamur candida albicans, keadaan
hormonal (diabetes, kehamilan), dan faktor lokal (tidak adanya gigi, gigi palsu
yang tidak pas). Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan
kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding
mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna
merah). Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus
halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan
otak.
B. Saran
1. Pada orang tua yang menggunakan pempers pada anaknya
untuk menggantikan pempers bila basah(tidak berlama-lama).
2. Pada orang tua dan anak usia sekolah untuk menjaga
kebersihan anak (mandi dengan air bersih 2x sehari, sikat gigi sesudah makan
dan sebelum tidur, menjaga kebersihan tangan, kaki, kuku setelah bermain dan
hindari mengisap jempol.
3. Pada orang tua tentang pengobatan yang tepat : tidak
menunda pengobatan untuk mencegah infeksi sistemik, kasiat dan penggunaan
obat anti jamur yang diberikan dan efek
samping obat.
4. Menganjurkan intake nutrisi yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,
Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dorland,
W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC: Jakarta.
FKUI.
1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI: Jakarta.
Hasan Rusepno. 2005.
Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: FKUI.
Wong,
Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar