Senin, 29 Desember 2014

ASUHAN KEPERAWATAN CANDIDIASIS PADA ANAK



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.
Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840) berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan jamur itu dalam genus candida.

B.     Tujuan
1.         Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep penyakit moniliasis/kandidiasis serta pendekatan asuhan keperawatannya.
2.         Tujuan Khusus
a.       Mengetahui definisi dari moniliasis/kandidiasis
b.       Mengetahui klasifikasi moniliasis/kandidiasis
c.       Mengetahui etiologi dari moniliasis/kandidiasis
d.      Mengetahui manifestasi klinis moniliasis/kandidiasis
e.       Mengetahui patofisiologi moniliasis/kandidiasis
f.        Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan moniliasis/kandidiasis
g.       Mengetahui penatalaksanaan serta pencegahan pada moniliasis/kandidiasis
h.       Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan moniliasis/kandidiasis
i.         Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan moniliasis/kandidiasis

BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Definisi
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. Candida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari populasi (Silverman S, 2001). Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005). Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS. (Farlane .M, 2002).
Pada rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus (Silverman S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia (Greenberg M. S., 2003). Pada umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang menyertainya. (Silverman S, 2001).
Kandidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut. Infeksi oportunistik yang umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut kandidiasis, sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis. Kandidiasis yang sering disebut juga candidosis, trush, dan moniliasis merupakan suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan mukosa. Infeksi Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.
Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit – langit dan pipi bagian dalam (Wong : 1995). Bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila dipaksa untuk diambil maka akan mengakibatkan perdarahan. Oral Trush ini sering disebut juga denagn oral candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi. Seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian makin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik atau imunosupresif. (Nelson, 1994: 638).
Oral Trush ini kadang sulit dibedakan dengan sisa susu, terutama pada bayi yang mendapatkan susu formula (Pengganti air Susu Ibu – PASI). Sisa susu yang berupa lapisan endapan putih tebal pada lidah bayi ini dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang dibasahi dengan air hangat. Oral trush ini juga harus dengan stomatitis. Stomatitis merupakan inflamasi dan ulserasi pada membran mukosa mulut. Anak yang mengalami stomatitius biasanya tidak mau makan atau minum. (M. Scharin, 1994: 448).
Kandidiasis oral ini memang sering terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, seiring dengan bertambah dewasanya bayi tersebut, penyakit ini akan makin jarang terjadi. Penyakit ini juga bukan penyakit yang serius dan beberapa sumber mengatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri (walaupun tentu saja lebih baik diobati).

B.     Klasifikasi
1.      Trush
Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning-kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut berisi netrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni atau hifa, (Greenberg M. S., 2003).
Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi kandida lebih dalam sampai ke lapisan basal (Mc Farlane 2002). Penyakit rongga mulut ini ditandai dengan lesi-lesi yang bervariasi yaitu, lunak, gumpalan berupa bongkahan putih, difus, seperti beludru yang dapat dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan merah, kasar, dan berdarah, dapat berupa bercak putih dengan putih merah terutama pada bagian dalam pipi, pallatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini biasanya mempunyai keluhan terasa terbakar atau kadang-kadang sakit didaerah yang terkena.


2.      Kronis hiperplastik kandidiasis
Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah dan bibir, berupa bintik-bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat berkembang menjadi displasia berat atau keganasan. Kandidiasis tipe ini disebut juga kandidiasis leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe homogen. (Greenberg.2003). Karena plak tersebut tidak dapat dikerok, sehingga diagnosa harus ditentukan dengan biopsi. Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai respon jaringan inang. (Greenberg M 2003). Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.
3.      Kronis atrofik kandidiasis
Disebut juga “denture stomatitis” atau “alergi gigi tiruan”. Mukosa palatum maupun mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai bentuk dari infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada wanita tua yang sering memakai gigi tiruan pada waktu tidur. Secara klinis kronis atrofik kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :
a.    Inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema difus, terlihat pada palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau seluruh permukaan palatum tersebut (15%-65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga tipe granular (Greenberg, 2003).
b.    Akut atrofik kandidiasis atau disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis permukaan mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama pengobatan atau sesudahnya kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada penderita anemia defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).
c.    Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan dengan denture stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang, seperti defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena terjadi inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau berfissure. (Nolte, 1982. Greenberg, 2003)

C.     Etiologi
Penyebab  tersering Candidiasis adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaneae. Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar dari spesies candida tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.
Jamur jenis ini adalah jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna.
Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar kita, bahkan di dalam vagina ibu pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur ini dari alat-alat seperti dot dan kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida dari vagina ibu ketika persalinan. Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi yang tidak bersih karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh semakin cepat. Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :
1.      HIV/AIDS
Virus human immunodeficiency (HIV) merupakan virus penyebab AIDS, yang dapat menimbulkan kerusakan atau menghancurkan sel-sel sistem kekebalan tubuh. Sehingga membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik yang biasanya tubuh akan menolak. Serangan berulang dari oral trush mungkin merupakan tanda pertama dari infeksi HIV.
2.      Kanker
Jika seseorang menderita kanker, sistem kekebalan tubuhnya mungkin akan melemah oleh karena penyakit kanker tersebut dan karena perawatan penyakit, seperti kemoterapi dan radiasi. Penyakit kanker dan perawatan penyakit ini dapat meningkatkan risiko infeksi Candida seperti oral thrush.


3.      Diabetes Mellitus
Jika seseorang menderita diabetes yang tidak diobati atau diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, air liur (saliva) mungkin akan mengandung sejumlah besar gula, sehingga dapat mendorong pertumbuhan candida.
4.      Infeksi jamur vagina
Infeksi jamur vagina yang disebabkan oleh jamur yang sama dapat menyebabkan candidiasis mulut. Meskipun infeksi jamur tidak berbahaya, jika seseorang sedang hamil maka jamur dapat menular pada bayi selama persalinan. Akibatnya, bayi tersebut juga dapat mengalami oral thrush.
5.      Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ. Kedua hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur. Kortikosteroid (sejenis hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan pada paru-paru (misalnya asma) bisa berdampak pada kandidiasis mulut.
6.      Pemakaian antibiotic
Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida karena antibiotik membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam jaringan, sehingga pertumbuhan Candida tidak terkendali.
7.      Leukimia
8.      Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan malnutrisi.

D.      Patofisiologis
Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh candida glabrata dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur rongga mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans ini yang pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal. Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.

E.       Patologis
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi yang komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu.
Faktor penentu patogenitas kandida adalah :
1.    Spesies
Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies dilaporkan dapat menyebabkan proses pathogen pada manusia.   C. albicans adalah kandida yang paling tinggi patogenitasnya.
2.    Daya lekat
Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube, sedang germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian terpenting untuk melekat adalah suatu glikoprotein permukaan atau mannoprotein. Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3.    Dimorfisme
C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu tumbuh dalam kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa. Dimorfisme terlibat dalam patogenitas kandida. Bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan dengan mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah terjadi lesi baru terbentuk hifa yang melakukan invasi.
4.    Toksin
Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen toksik. Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai adhesion dalam kolonisasi jamur. Kanditoksin sebagai protein intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak secara mekanik.
5.    Enzim
Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang dihasilkan oleh C. albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.

Mekanisme pertahanan pejamu : 
1.    Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi kandida. Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor predisposisi terjadinya kandidiasis.
2.    Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan cairan dalam mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non spesifik menghambat atau membunuh mikroba. 
3.    Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag jaringan untuk memakan dan membunuh spesies kandida merupakan mekanisme yang sangat penting untuk menghilangkan atau memusnahkan sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida yang siap difagosit oleh granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya, susah difagosit. Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium kandida. Makrofag berperan dalam melawan kandida melalui pembunuhan intraseluler melalui system mieloperoksidase (MPO).
4.    Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam pertahanan melawan infeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya defek spesifik imunitas seluler pada penderita kandidiasi mukokutan kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita dengan infeksi HIV. Sistem imunitas humoral kurang berperan, bahkan terdapat fakta yang memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi dapat menghambat fagositosis.

Mekanisme imun seluler dan humoral :
1.    Tahap pertama timbulnya kandidiasis kulit adalah menempelnya kandida pada sel epitel disebabkan adanya interaksi antara glikoprotein permukaan kandida dengan sel epitel. Kemudian kandida mengeluarkan zat keratinolitik (fosfolipase), yang menghidrolisis fosfolipid membran sel epitel. Bentuk pseudohifa kandida juga mempermudah invasi jamur ke jaringan. Dalam jaringan kandida mengeluarkan faktor kemotaktik neutrofil yang akan menimbulkan reaksi radang akut.
2.    Lapisan luar kandida mengandung mannoprotein yang bersifat antigenik sehingga akan mengaktifasi komplemen dan merangsang terbentuknya imunoglobulin. Imunoglobulin ini akan membentuk kompleks antigen-antibodi di permukaan sel kandida, yang dapat melindungi kandida dari fungsi imunitas tuan rumah. Selain itu kandida juga akan mengeluarkan zat toksik terhadap netrofil dan fagosit lain. 

Mekanisme non imun :
1.    Interaksi antara kandida dengan flora normal kulit lainnya akan mengakibatkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi seperti glukosa. Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi.
2.    Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saproba dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu.

Faktor predisposisi terjadinya infeksi ini meliputi faktor endogen maupun eksogen, antara lain :
1.    Faktor endogen :
a.    Perubahan fisiologik
1)   Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
2)   Kegemukan, karena banyak keringat
3)   Debilitas
4)   Iatrogenik
5)   Endokrinopati, gangguan gula darah kulit
6)   Penyakit kronik : tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
b.    Umur : orang tua dan bayi lebih sering terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna.
c.    Imunologik : penyakit genetik.
2.      Faktor eksogen :
A.  Iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
B.  Kebersihan kulit
C.  Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur.
D.  Kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis.

Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi hifa semu dan tekanan dari hifa semu tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase.
Pada manusia, Candida albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di bawah kuku orang sehat. Candida albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan dengan ditemukannya Candida albicans dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam jaringan. Terjadinya kedua bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada suatu percobaan di luar tubuh. Pada keadaan yang menghambat pembentukan tunas dengan bebas, tetapi yang masih memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa.
Rippon (1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan invasi. Dengan proses tersebut terjadilah reaksi radang. Pada kandidosis akut biasanya hanya terdapat blastospora, sedang pada yang menahun didapatkan miselium. Kandidosis di permukaan alat dalam biasanya hanya mengandung blastospora yang berjumlah besar, pada stadium lanjut tampak hifa. Hal ini dapat dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik, misalnya dahak, urin untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan yang disebabkan oleh Candida albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau granuloma.
Pada kandidosis sistemik, alat dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal, yang dapat hanya mengenai korteks atau korteks dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil berwarna keputihan. Alat dalam lainnya yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru, limpa dan kelenjar gondok. Mata dan otak sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung berupa proliferasi pada katup-katup atau granuloma pada dinding pembuluh darah koroner atau miokardium. Pada saluran pencernaan tampak nekrosis atau ulkus yang kadang-kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat pada pemeriksaan.

E.       Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut bayi dan sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti kerak susu namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah bayi. Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil justru lidah dan mulut bayi dapat berdarah. Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.
Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan dapat sembuh sendiri (walaupun lebih baik diobati). Namun bukan berarti kandidiasis ini tidak dapat menyebabkan penyakit lain. Kandidiasis dapat menyebabkan bayi menangis saat makan dan minum (kebanyakan disebabkan karena nyeri), selain itu, bayi menjadi malas minum ASI sehingga berat badannya tak kunjung bertambah. Candida pada mulut bayi juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada faktor yang memperberat (misalnya pemakaian antibiotik jangka panjang).
1.    Pada anak-anak dan dewasa
Awalnya, seseorang mungkin tidak menyadari gejala oral trush. Tergantung pada penyebab, tanda dan gejala dapat terjadi tiba-tiba dan bertahan untuk waktu yang lama. Gejala-gejala tersebut, antara lain:
a.         Lesi putih atau krem di lidah, pipi bagian dalam, langit-langit mulut, gusi, dan amandel (tonsil)
b.         Lesi menyerupai keju
c.         Nyeri
d.        Sedikit perdarahan jika lesi digosok atau tergores
e.         Pecah-pecah dan kemerahan pada sudut mulut (terutama pada pemakai gigi tiruan)
f.          Sensasi seperti terdapat kapas pada mulut
g.         Kehilangan selera makan
Pada kasus yang berat, lesi dapat menyebar ke bawah ke kerongkongan dan esofagus (Candida esophagitis). Jika hal ini terjadi, pasien mungkin akan mengalami kesulitan menelan atau merasa seolah-olah makanan terjebak di tenggorokan.
2.    Pada bayi dan ibu menyusui
Selain lesi mulut khas berwarna putih, bayi mungkin juga memiliki kesulitan makan atau rewel dan mudah marah. Bayi dapat menularkan infeksi tersebut kepada ibu mereka selama menyusui. Wanita yang payudaranya terinfeksi candida mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala, antara lain:
a.         Puting berwarna sangat merah, sensitif, dan gatal
b.         Terdapat serpihan kulit di daerah berwarna gelap yang melingkari puting (areola)
c.         Puting terasa sakit saat menyusui
d.        Sakit yang tajam jauh di dalam payudara

F.        Pemeriksaan Penunjang
Dalam menegakkan diagnosis kandidiasis, maka dapat dibantu dengan adanya pemeriksaan penunjang, antara lain :
1.    Pemeriksaan langsung
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10 % atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.
2.    Pemeriksaan biakan 
Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol ) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 370C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar. 
Beberapa penunjang lain :
1.    Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa.
2.    Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan pemberian flukonazol.
3.    Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
4.    Diagnosa pasti dengan biopsy.

G.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain : 
1.    Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
2.    Topikal
Obat topical untuk kandidiasis meliputi: 
a.       Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari.
b.      Nistatin: berupa krim, salap, emulsi.
c.       Amfoterisin B.
d.      Grup azol antara lain: 
1)    Mikonazol 2% berupa krim atau bedak 
2)    Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim 
3)    Tiokonazol, bufonazol, isokonazol 
4)    Siklopiroksolamin 1% larutan, krim
5)    Antimikotik yang lain yang berspektrum luas
3.    Sistemik 
a.       Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus.
b.      Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik.
c.       Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal.
d.      Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari. 
4.    Khusus: 
a.       Kandidiasis intertriginosa
Pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap kering dengan penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali sehari. Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.
b.      Diaper disease 
Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan bedak bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat. Terapi topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau klotrimazol.
c.       Paronikia
Pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio antifungi dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol atau terbinafin.
Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas. Termasuk ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol. Mekanisme kerja dari grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol mengubah cairan membran sel dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya  dalam penghambatan replikasi dan penghambatan transformasi bentuk ragi ke bentuk hifa yang merupakan bentuk invasive dan patogenik dari parasit.
Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi tapi hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri. Obat ini mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan transport. Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida jangkauan yang luas pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat dalam sintesis ergosterol dari bagian dinding sel jamur.

H.      Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara lain :
1.    Oral hygiene yang baik.
2.    Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi. Selain itu, payudara ibu juga jauh lebih terjamin kebersihannya daripada botol dot bayi.
3.    Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan kebersihan botol dan dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air panas.
4.    Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi setelah minum susu.
5.    Pastikan bayi beristirahat yang cukup.
6.    Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap

 
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.      Pengkajian
Riwayat kesehatan dan observasi langsung memberikan infomasi mengenai persepsi klien terhadap penyakitnya, bagaimana kelainan kulit dimulai? Apa pemicu? Apa yang meredakan atau mengurangi gejala? Termasuk masalah fisik/emosional yang dialami klien? Pengkajian fisik harus dilakukan secara lengkap.
Dari pengkajian didapat data-data sebagai berikut:
Data objektif:
Ø  Lesi di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilicus, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosive, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
Ø  Hasil pemeriksaan kerokan kulit didapat candida
Data sujektif:
Ø  Riwayat memakai popok /diaper
Ø  mengeluh gatal-gatal
Ø  orang tua mengeluh anaknya rewel

B.       Diagnosa Keperawataan
1.      Kerusakan membrane mukosa oral berhubungan dengan Immunosupresi.
2.      Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukan makanan oleh karena adnya trust.
4.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan kulit.
5.      Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
6.      Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.


C.       Intervensi
1.    Kerusakan membrane mukosa oral berhubungan dengan infeksi/immunosupresi/ imunokompromise
Tujuan : setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan membrane mukosa dapat berkurang s/d hilang.
Kriteria Hasil :
a.         Menunjukan membrane mukosa utuh, berwarna merah jambu, bebasdari ulserasi dan inflamasi.
b.         Menunjukan teknik memperbaiki/mempertahankan keutuhan mukosa oral.
Intervensi :
a.         Kaji membran mukosa oral/lesi oral perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit mengunyah/menelan
b.         Berikan perawatan oral setiap hari dan setelah makan
c.         Rencanakan diet untuk menghindari garam, pedas, gesekan dan makanan/minuman asam
d.        Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 ml/hari
e.         Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti jamur
f.          Kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan pemeriksaan specimen cultur lesi

2.      Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologis
Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan Nyeri dapat berkurang/hilang/terkontrol
Kriteria Hasil :
a.         Mengatakan tidak nyeri lagi
b.         Ekspresi wajah tampak relax
c.         Skala nyeri 0-1
Intervensi :
a.         Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas(Skala 1-10), frekwensi dan waktu
b.         Berikan perawatan oral setiap hari
c.         Berikan aktifitas hiburan misalnya: menonton TV, Menggambar/mewarnai
d.        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik


3.   Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam memasukan makanan oleh karena adnya trust
Tujuan : setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
a.         Menunjukan pemasukan nutrisi secara adekuat
b.         Mempertahankan berat badan
Intervensi :
a.         Kaji kemampuan untuk mengunyah,menelan
b.         Timbang BB sesuai kebutuhan
c.         Berikan perawatan mulut setiap hari, hindari obat kumur yang mengandung alcohol
d.        Rencanakan diet dengan klien atau orang terdekat, sediakan makanan yang sedikit tapi sering berupa makanan padat nutrisi yang tidak bersifat asam dan juga minuman yang disukai pasien.
e.         Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet klien

4.   Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan Kelembapan kulit
Tujuan : setelah dilakukan Asuhankeperawatan selama 1x24 jam diharapkan integritas kulit kembali normal.
Kriteria Hasil :
a.         Menunjukan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit
b.         Menunjukan kemajuan pada luka/ penyembuhan lesi
Intervensi :
a.         Kaji kulit setiap hari,catat warna, turgor, sirkulasi, sensasi, gambaran lesi dan amati perubahan
b.         Bantu atau instruksikan dalam kebersihan kulit misalnya membasuh dan mengeringkan dengan hati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan lotion atau krim
c.         Bersihkan area perianal dengan membersihkan menggunakan air dan air mineral, hindari penggunaan kertas toilet jika timbul vesikel
d.        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan topical / sistemik sesuai indikasi
e.         Kolaborasi untuk pemeriksaan kultur dari lesi kulit terbuka

5.   Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
a.         Mencapai masa penyembuhan luka atau lesi
b.         Mengidentifikasi/ikut serta dalam prilaku yang mengurangi resio infeksi
Intervensi :
a.         Cuci tangan sebelum dan sesudah dilakukan perawatan dan instruksikan pasien/orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi
b.         Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik
c.         Pantau tanda-tanda vital
d.        Periksa kulit dan membrane mukosa oral terhadap bercak putih atau lesi
e.         Kolaborasi untuk pemeriksaan kultur/ sensitivitas lesi
f.          Kolaborasi dengan dokter pemberian obat anti jamur

6.  Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama 2x30 menit  diharapkan kurangnya pengetahuan klien/orang tua dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a.         Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
b.         Memulai perubahan gaya hidup yang perlu dan ikut serta dalam aturan perawatan.
c.         Melakukan prosedur yang perlu dengan benar menjelaskan alasan tindakan.


Intervensi :
a.         Kaji ulang proses penyakit apa yang menjadiharapandimasa depan
b.         Tentukan tingkat ketergantungan dan kondisi fisik,catat tingkat perawatan dan dukungan yang tersedia dari keluarga/orang terdekat dan kebutuhan akan pemberi perawatan lainnya
c.         Tekankan perlunya kebutuhan perawatan kulit harian, termasuk memeriksa lipatan kulit dan menyediakan pembersih serta tindakan perlindungan adekuat misalnya salep
d.        Tinjau ulang kebutuhan akan diet (protein dan kalori tinggi)
e.         Diskusikan aturan obat-obatan, interaksidan efek samping
f.          Tekankan perlunya melanjutkan perawatan kesehatan dan evaluasi
g.         Identifikasi sanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis misalnya lesi pada kulit
h.         Identifikasi sumber-sumber komunitas misalnya rumah sakit/pusat perawatan

BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005). Kandidiasis meliputi infeksi yang berkisar dari yang ringan seperti sariawan mulut dan vaginitis, sampai yang berpotensi mengancam kehidupan manusia. Infeksi Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.
Moniliasis atau kandidiasis sering disebabkan oleh 3 hal yaitu: jamur candida albicans, keadaan hormonal (diabetes, kehamilan), dan faktor lokal (tidak adanya gigi, gigi palsu yang tidak pas). Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah). Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.

B.       Saran
1.    Pada orang tua yang menggunakan pempers pada anaknya untuk menggantikan pempers bila basah(tidak berlama-lama).
2.    Pada orang tua dan anak usia sekolah untuk menjaga kebersihan anak (mandi dengan air bersih 2x sehari, sikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur, menjaga kebersihan tangan, kaki, kuku setelah bermain dan hindari mengisap jempol.
3.    Pada orang tua tentang pengobatan yang tepat : tidak menunda pengobatan untuk mencegah infeksi sistemik, kasiat dan penggunaan obat  anti jamur yang diberikan dan efek samping obat.
4.    Menganjurkan intake nutrisi yang adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC: Jakarta.
FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI: Jakarta.
Hasan Rusepno. 2005. Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: FKUI.
Wong, Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar